02 Maret 2009

Awas.... Otak Bisa Rusak Akibat Pornografi

Penikmat pornografi bisa jadi mendapat kesenangan ketika menonton tayangan tersebut. Namun, siapa sangka jika kecanduan mengonsumsi tayangan pornografi berbuah terhadap kerusakan otak. Ahli bedah saraf dari San Antonio AS kemarin membeber kerusakan otak karena berbagai kecanduan (adiktif). Hal itu diungkapkan ketika acara diskusi memahami dahsyatnya kerusakan otak akibat kecanduan pornografi dan narkoba dari tinjauan kesehatan di Departemen Kesehatan (Depkes), kemarin.
Donald Hilton Jr MD, pakar neuro science dari metodist speciality and transplant hospital San Antonio AS mengatakan, sejatinya semua kecanduan (adiktif) berpengaruh terhadap kerusakan otak. Seperti, kecanduan makanan (obesitas), judi, narkoba, maupun pornografi. Hanya saja, tingkat kerusakan otak akibat kecanduan pornografi dinilai paling tinggi. Jika hal itu dibiarkan, maka bisa mengakibatkan penyusutan (pengecilan) otak. Ujung-ujungnya terjadi kerusakan otak. Permanen dan tidaknya kerusakan itu bergantung intervensi medis yang dilakukan.
Hilton mengatakan, penyusutan otak bisa berangsur-angsur kembali normal asalkan dilakukan pengobatan secara intens. Paling tidak dibutuhkan waktu sekitar 1,5 tahun. Sebab, pada dasarnya otak terus mengalami regenerasi jaringan. ??Dengan demikian, otak yang mengecil itu dapat kembali lagi. Namun, cepat atau lambatnya pemulihan itu bergantung kasus kecanduan yang diderita,?? ujarnya. Termasuk, bergantung intensnya intervensi yang dilakukan. Kerusakan otak akibat kecanduan makanan (obesitas) maupun drugs cenderung lebih mudah diatasi ketimbang pornografi.
Menurutnya, ada perbedaan antara otak yang sudah kecanduan terhadap sesuatu dan tidak. Otak yang sudah terlanjur kecanduan memiliki mekanisme kontrol terhadap perangsang (adiktif, red) dengan mudah. Sebaliknya, otak yang belum kecanduan masih memiliki kontrol yang besar untuk mencegah perintah agar tidak kecanduan. ??Sehingga, masih bisa distop,?? cetusnya.
Hasil penelitian yang dilakukan Hilton bersama istrinya menyebut, dari semua kasus kecanduan, pornografi adalah salah satu yang tersulit. Bahkan, melebihi kecanduan obat. Menurutnya, mayoritas anak-anak maupun remaja mengonsumsi tayangan pornografi dari internet. Lantaran masukan itu hanya datang satu arah atau tanpa melalui diskusi maupun saringan dari orang tua, maka anak cenderung menerima informasi itu secara mentah. Di AS, 10 persen anak muda laki-laki dan perempuan mengakses situs pornografi. Kendati demikian, Hilton optimistis ada upaya yang bisa dilakukan untuk mengontrol kecanduan pornografi. Yakni, dengan mengenali kasus yang dialami anak, melakukan pengobatan maupun perawatan intensif.(*)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

pornografi? itu ulah sigmud freud, peletak dasar sex bebas. sigmund freud yang yahudi memang jelas merusak akal manusia, seperti darwin. hmm..salam pembebsan dari lombok.kritisi tulisan2 saya juga ya

arsip

Mengenai Saya

Foto saya
Kembang Kuning, NTB, Indonesia
nike pandanganke lengan sudut pandangke sendiri sak merasa jari terune sasak...!!!