22 Mei 2008

Tren Kepemimpinan Muda, Di NTB Mungkinkah?

Pilkada Langsung untuk pertama kali di NTB tinggal hitungan hari. Perang antara pasangan calon dalam promosi ke masyarakat semakin gencar dilakukan. Mulai dari sebar kalender sampai kaos. Untuk proses pemenangan, tidak dapat dipungkiri kekuatan parpol pengusung, suntikan dana dan visi misi yang dibawa menjadi faktor penentu.
Akan tetapi ada fenomena menarik yang terjadi di berbagai daerah yang lebih dahulu melakukan pemilihan, ternyata “KEBESARAN” partai pengusung tidak menjadi jaminan untuk menduduki kursi kepemimpinan, tidak juga dana yang besar. Yang unggul dalam pilkada adalah calon-calon yang tidak diperhitungkan dan rata-rata diusung oleh partai kecil hingga menengah. Muncul figur – figur muda menjadi pemenang merupakan tren baru dalam pelaksanaan pilkada.
Kemenangan pasangan HADE, (Ahmad Heryawan dan Dede Yusuf) yang diusung PKS dan PAN dalam pilkada Jabar membuktikan kepemimpinan kaum muda didambakan oleh masyarakat. Memang karakteristik pemilih di tiap daerah berbeda, akan tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa kemenangan pasangan itu menunjukkan rakyat memiliki keinginan untuk merubah keadaan.
Pengamat politik, Andrinov A Chaniago, menyatakan rakyat memang kini menginginkan perubahan. Mereka ingin hadirnya pemimpin yang lebih energik di dalam menyelesaikan masalah. Disamping itu kejenuhan dalam masyarakat terhadap statusquo yang identik dengan kaum tua sehingga citra incumbent juga ikut buruk.
Dalam lingkup NTB mungkin tren ini tidak akan begitu terasa, karakteristik pemilih kita yang masih tergolong merupakan salah satu alasan.
Disamping itu juga masyarakat NTB dapat kita golongkan dalam dua golongan yaitu masyarakat yang merasa puas dengan statusquo dan cenderung ingin mempertahankannya, golongan ini ditempati oleh elit pemerintahan karena ingin meneruskan kekuasaan . Kelompok kedua yaitu golongan yang meninginkan adanya perubahan, masyarakat pada level grassroot lah yang dominan karena selama ini mereka cenderung menjadi korban.
Sejumlah pengamat beranggapan golongan pertama, yang menginginkan keberlanjutan pembangunan biasanya akan memilih figur incumbent atau figur yang tua. Sebaliknya, golongan kedua lebih memilih calon pemimpin yang muda atau yang memiliki visi perubahan.
Darmansyah tak sependapat dengan asumsi tersebut. Ia menilai pada hakekatnya pemilih sebenarnya tidak mempersoalkan perbedaan antara figur yang tua atau muda melainkan siapa yang mampu membawa perubahan
Terpuruknya masyarakat di NTB patut dijadikan pertimbangan. Beberapa persoalan seperti angka pengangguran yang tinggi, himpitan ekonomi, biaya pendidikan tinggi dan fasilitas kesehatan yang mahal akan membuat masyarakat sangat menginginkan perubahan.
Melihat keadaan ini, berapapun usia pemimpin tersebut, selama ia mampu menawarkan perubahan maka bisa dipastikan ia akan sukses dan terpilih. Baginya, ada tiga aspek penting yang perlu diperhatikan dalam meraih dukungan masyarakat. Aspek pertama adalah faktor geografis. Misalnya, masyarakat tertentu cenderung memilih figur yang berasal dari etnis yang sama dengannya. Aspek kedua adalah isu atau gagasan yang ditawarkan. Sementara aspek ketiga adalah isu sektoral yang diusung seorang calon pemimpin.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

ijin nge-link plungguh meton.

salam Sasak

arsip

Mengenai Saya

Foto saya
Kembang Kuning, NTB, Indonesia
nike pandanganke lengan sudut pandangke sendiri sak merasa jari terune sasak...!!!